MANADO – Anggota DPRD Kota Manado Jurani Rurubua S.ST memberikan tanggapannya terkait hasil seleksi anggota KPU Provinsi Sulawesi Utara Periode 2023-2028.
Menurut Jurani, informasi dari JPRR yang didapatkan bahwa ada beberapa nama yang memiliki nilai tertinggi saat CAT (tes tertulis) dan tes wawancara tetapi tidak di loloskan. Sementara ada beberapa nama yang lolos diduga masih menjalani sidang kode etik oleh DKPP.
“Dimana letak objektifitas penilaian Timsel? Kenapa tidak diumumkan nilai hasil CAT, hasil psikologi, dan wawancara?
Jika itu mekanisme, kenapa ini terus di rawat?
Jangan heran kalau kemudian menimbulkan banyak spekulasi dan tanggapan bahwa semua yang akan menjadi penyelenggara pemilu hanyalah titipan, padahal secara objektif bisa saja dia tidak memenuhi syarat,” kata Jurani Rurubua.
Dia juga mengatakan bahwa, kita tidak sementara berada di zaman penjajahan (kolonial), era semakin maju seharusnya perubahan mengarah kepada yg lebih baik, menegakkan keadilan, supremasi hukum yg di tegakan, serta tidak mengkhianati amanat demokrasi , sehingga itu jika praktek-praktek korupsi, nepotisme masih berkeliaran, maka harus kita lawan.
“Dari informasi yg saya dapatkan, di saat seleksi penyelenggara pemilu setiap peserta harus menyiapkan diri, belajar agar mendapat nilai terbaik, menjaga kesehatan, menyiapkan berkas-berkas yang berbiaya, hingga memastikan fisik dan psikologi mereka dalam keadaan prima, dengan harapan bila semua ini mumpuni maka merekalah yang berkapasitas menduduki jabatan penyelenggara pemilu itu, apalagi jika mereka memiliki track record yang baik, namun jika ternyata semua hanya berdasarkan titipan, subjektifitas, like and dislike, untuk apa ada seleksi?,” Ujarnya.
Jurani Rurubua yang juga sebagai Ketua PSI Kota Manado mengatakan, dalam konteks seleksi KPU sulut ini, bila ternyata orang-orang yang memiliki nilai-nilai terbaik dan berkompeten justru tidak diberikan ruang, bahkan di pangkas lebih awal maka siap-siap pemilu 2024 kehilangan kualitas, bisa juga malah kehilangan Marwah.
Untuk itu, Ia mengajak kepada masyarakat untuk kita lebih peka, mengawasi, mengontrol proses seleksi dan juga kinerja dari seluruh penyelenggara pemilu.
“Jangan takut, kita semua sudah trauma dengan lembaga penyelenggara negara yang dirusak oleh oknum-oknum pejabat yang korup, nepotisme, praktek hidup pejabat yang elitis, sementara masyarakat kita sementara berjuang untuk bayar pajak, lapangan pekerjaan yang sulit, harga beras naik, kebutuhan hidup yang semakin sulit,” katanya.
“Jabatan hanya sementara, mengutip salah satu ayat Alkitab (Lukas 12:48b) Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” Pungkas Jurani Rurubua. (Tim)