BITUNG- Di tengah padatnya agenda akhir tahun, Walikota Bitung Hengky Honandar mengikuti Rapat Koordinasi Evaluasi Realisasi APBD 2025 yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri Rabu (24/12/2025). Rakor yang berlangsung secara nasional itu menekankan pentingnya efisiensi, kedisiplinan anggaran, serta kesiapsiagaan pemerintah daerah menghadapi dinamika ekonomi jelang pergantian tahun.
Namun momen paling mengena terjadi pada sesi penutupan. Mendagri menyampaikan pesan yang bernada keprihatinan: agar seluruh kepala daerah merayakan Natal dan Tahun Baru dengan sederhana, tanpa seremoni besar, dan tanpa pesta kembang api. Arahan itu disampaikan sebagai bentuk solidaritas terhadap bencana nasional yang melanda Aceh dan Sumatra.
Pesan tersebut disambut serius oleh Walikota Bitung. Seusai Rakor, Hengky Honandar menegaskan bahwa Pemerintah Kota Bitung akan menindaklanjuti arahan Mendagri dan menerapkannya sepenuhnya. Baginya, kesederhanaan bukan sekadar instruksi, tetapi juga panggilan moral untuk menunjukkan empati dan kebersamaan bangsa dalam situasi duka.
“Arahan Mendagri sangat tepat. Kita sedang satu bangsa yang berduka. Perayaan boleh, tapi harus dengan hati yang peduli. Di Bitung, kita akan menghindari acara seremonial dan pesta yang berlebihan,” ujar Hengky.
Sebagai gantinya, Pemerintah Kota Bitung akan menggelar doa bersama pada malam pergantian tahun. Kegiatan ini dirancang bukan sebagai seremoni formal, melainkan ruang bagi masyarakat untuk berkumpul, mendoakan mereka yang terdampak bencana, serta memanjatkan harapan bagi tahun yang baru.
Dalam suasana Desember yang biasanya ramai oleh persiapan pesta, keputusan ini menampilkan sisi humanis dari kepemimpinan Hengky Honandar. Kesederhanaan menjadi pesan kuat bahwa empati dan kepedulian adalah bagian tak terpisahkan dari pelayanan publik. Dan di Kota Bitung, akhir tahun 2025 akan ditutup dengan keheningan yang penuh makna bukan suara kembang api, melainkan suara hati yang bersatu dalam doa.(hds)